Senin, 16 Februari 2015

Pulau Sumba, a piece of heaven on earth



Eksotisme Provinsi Nusa Tenggara Timur sudah tidah bisa kita sangkal lagi. Pulau Komodo menjadi primadona pariwisata bahari andalan provinsi kepulauan yang ada di timur Indonesia ini. Indahnya Nusa Tenggara Timur ini tidak hanya Pulau Komodo dan Danau Kelimutu di Flores. Terbukti ketika saya diberi kesempatan waktu oleh Tuhan untuk menyaksikan keindahan lain di Nusa Tenggara Timur, jelas provinsi ini bukan hanya sekedar Pulau Komodo dan Danau Kelimutu.

Saya bersyukur dikasih kesempatan untuk bisa menyaksikan sendiri, apa yang saya sebut sebagai "a piece of heaven on earth". Saya dan teman saya yg merencanakan perjalanan ke NTT ini, memutuskan untuk liburan 1 hari ke Pulau Sumba sebelum kita kembali ke Jakarta, setelah kita kerja selama 3 hari di Kupang. Kita ambil flight pagi ke Tambolaka, yang terletak di Kabupaten Sumba Barat Daya. Penerbangan dengan pesawat Bombardier pun hanya memakan waktu 49 menit dari Kupang. Right after we landed in Waikabubak Airport, our driver, Mas Joko, had waited for us outside the airport and ready to took us all around this beautiful island. Considering, that we didn't have enough time to explore, we asked mas joko to drove us to Our first destination, Lake Weekuri.

Our Private Pool That Day





Lake Weekuri located in North Kodi District, South West Sumba. It took 2 hours driving from Waikabubak Airport. Jalanan ke Danau Weekuri sudah bagus, walaupun masih ada beberapa bagian jalan yang masih dilakukan perbaikan. Jalan sudah beraspal, sampai kita tiba di persimpangan dimana kita harus belok ke kanan, dan mulai memasuki jalanan berbatu. Jalanannya sempit, hanya muat 1 mobil dan mobil harus berjalan pelan-pelan. Sekitar 30 menit perjalanan yang sebenarnya tidak seberapa jauh itu, sampai akhirnya Mas Joko nanya ke kita, mau ke pantai dulu atau langsung ke danau. Since my friend was over excited when she found out about the lake on google, then we decided to go to lake first. Sesampainya kita di Weekuri, we were blown away by the beauty of the crystal clear water of the lake. We gasped for a second, and then screamed out loud for the next minutes. That was the most beautiful lake i've ever seen so far. Feels like, a piece of heaven had fallen. Danau ini, lebih pantes disebut sebagai laguna sih, berbatasan langsung dengan laut lepas, hanya dipisahkan oleh batu karang yang tinggi dimana terdapat lubang kecil di bawah dimana air laut masuk bercampur dengan air danau yang tawar. Mas Joko took us to the top of the coral reef, so we could see both side, the lake side, and the high sea side. Those coral reef was really sharp, so we had to be very carefully to climbed up the reef. The view from the top was breath taking. Unfortunately, we couldn't take the picture of both side as the background. Setelah puas foto-foto dari atas, kita turun kembali ke pinggir danau untuk berenang. Gak afdol kan rasanya kalau sudah jauh-jauh ke sana tapi gak nyebur. So here's a couple pictures that i/Mas Joko took, enjoy!




Setelah puas berenang di Danau Weekuri, kami melanjutkan perjalanan kami ke Pantai Mandorak. Letaknya gak jauh dari Danau Weekuri. Pantai ini sempet kita lewatin, tapi karna kita lebih milih ke Weekuri dulu jadilah pantai ini kita lewati. Untuk mencapai ke Pantai Mandorak kita harus jalan sekitar 50 meter, karna mobil gak bisa masuk. Sedikit gerimis waktu itu, jadilah kita lari-lari dan menumpang neduh di bale-bale villa punya orang bule, tepat di depan pantai. Setelah reda, jalanlah kita ke pantai. Pantai Mandorak ini, bukan seperti pantai-pantai kebanyakan dengan coast line yang panjang. Hanya pantai kecil, yang diapit 2 coral reef yang seperti gerbang menuju ke pantai lepas. Once again, this island had surprised me by its beauty. Jernihnya air laut ditambah putih dan halusnya pasir, bikin kita rasanya gak mau pergi dari sana. I was out of words. Pokoknya keren banget. Setelah puas main air dan foto-foto, kita berjalan ke arah tebing tinggi tepat di depan villa. As we got there, the view was beyond believe. Haha agak lebay sih, mungkin efek sudah lama gak jalan-jalan ke negeri sendiri yang ternyata keren banget ini. Tapi saat itu pemandangan yang ada dihadapan kita adalah pemandangan laut lepas ke samudera. Well, that was something you didn't see everyday, right? Sayangnya kita harus kembali ke mobil karena cuaca mulai turun hujan. Saat perjalanan kita kembali ke mobil, kita lihat bule yang menyewa villa di pinggir Pantai Mandorak, lagi santai-santai di hammock, i imagined if i were there, i would really enjoy this view and wouldn't wanna go back to J-Town.

Our Private Beach That Day :D

A Gate to The Ocean





From West to East, From Coast to Coast


Day 2, before we got back to J-town/reality, we went to our last destinantion, Pantai Kita. Hanya 45 menit berkendara dari hotel kita di Tambolaka, kita sudah sampai. I'm not telling you any further about this beach, this pictures define the beauty of it.

  



Foot Printsssss


Being a Tourist

Ternyata di pantai ini ada sebuah hotel, namanya Hotel Mario. Ratenya 500.000- 650.000 per malam. Hotelnya bagus dan menjadi satu-satu nya hotel yang ada di sana. Fyi, karena hotel ini  belum dialiri oleh listrik, listrik hanya ada malam hari menggunakan genset. Sinyal handphone pun juga tidak ada. So i can assure you that, you'll get the inner and outer peace if you stay at this hotel.

Happy Afi

Kamis, 29 Januari 2015

Travel Journal to Belgium: Leuven, The City of Students




Visiting the capital city of Belgium, is too mainstream, so when we traveled to Belgium, we went to Leuven. Hah? Leuven? Sebelah mananya Belgia tuh? 

Belgia menjadi negara pertama yang saya explore, saat saya pergi ke Eropa setahun yang lalu. Leuven can be reached by train from Amsterdam with length of journey is 2,5 hours. Rigth after we landed at Amsterdam Schipol, we took the train to Rotterdam central, and had to changed the train to Leuven.
Di Stasiun Leuven

Leuven (pronounce: Loven), atau Louvain (pronounce: luve) sebuah kota kecil, sekitar 25 kilometer dari Brusel. Leuven itu bagaikan Oxford-nya Inggris. Yes. Leuven is a “student city”, dimana hampir seluruh gedung di kota ini itu kampus. Katholieke Universiteit Leuven atau yang sama students disana disebut KU Leuven, is the oldest university that still exist and the biggest university in Belgium. Begitu sampai di Leuven, kita semua dijemput sama sepupu saya yang lagi sekolah disana. Begitu keluar dari stasiun, kita langsung disambut dengan gedung-gedung tua Kota Leuven.


Habis nge-drop koper-koper kita di flat sepupu saya itu, niatnya saya cuma mau selimutan aja karna dingin banget (kalo nggak salah waktu itu suhunya 5 derajat celcius). Tapi sepupu saya bilang mau ngajak kita keliling kota sebentar sebelum toko-toko tutup. Sepupu saya itu juga mau ngajak kita makan wafel ter-enak se-Leuven. You never visit Belgium without tasting its wafel. Jadilah kita naik bus ke central. Tidak sampai 2 menit kita sudah sampai di central. Yes, saking kecilnya kota ini, kita mungkin cuma butuh waktu setengah hari untuk keliling. Pertama, kita diajak ke Oude Markt, tempat nongkrongnya mahasiswa-mahasiswa di Leuven. Di Oude Markt ini banyak berjejer cafe-cafe dan bar. Oude Markt ini kayak alun-alunya Kota Leuven, tipical sama yang ada di Brusel. Lapangan besar yang dikelilingi gedung-gedung tua yang akan bagus kalau di foto dari sudut manapun.

Oude Markt



Oude Markt is at the end of this narrowing street
Seperti yang saya bilang tadi, kalau sudah sampai Belgia, nggak afdol rasanya kalau belum nyicipin wafel belgia yang tersohor itu. Saya sengaja beli wafel yang plain, karna yang ini aja sudah enak banget. Tapi kalau nggak mau hanya sekedar nyobain yang plain, ada banyak topping yang bisa dipilih, tapi karna saya nggak begitu suka manis, yang plain aja sudah cukup manis buat saya. And yes, it was the best wafel i’ve ever ate. Rasanya beda aja sama yang sudah pernah saya makan di Indonesia. Apa karna saya makannya di Belgia langsung ya, makanya rasanya beda?

Wafel Kiosk
Sebelum balik ke flat sepupu saya, kita diajak ke untuk lihat one of the old gothic church yang ada di Town Hall. Sebelum nyebarang ke sana, kita ditunjukin sebuah patung kecil, namanya Fons Sapientiae. Patung laki-laki yang lagi pegang buku sambil megang gelas yand ditumpahin ke kepalanya. Patung ini namanya Fonske atau Fons Sapientiae. Sepupu saya bilang kalau this statue represents the student in Leuven yang hobi belajar sambil ngebir. Make sense sih karena Leuven juga dikenal sebagai Beer Capital. Tepat dibelakang berdirinya patung Fonske ini, terdapat sebuah bangunan berarsitektur romawi kuno dan dihiasi lampu-lampu yang membuat bangunan itu berwarna keemasan, calls The Leuven Town Hall. I was blown away by the detailed of work. When i looked at the building very carefully, there were over 200 statues added. Kalau kata sepupu saya, patung-patung itu adalah mereka yang berjasa buat kota ini, dan para pemuka agama.

Fonske
Town Hall
 Mia Wilis - Went to Leuven on January, 2014